Kebo Iwa
Once
upon a time in Bali, a man and his wife were praying. They have been married
for a long time but did not have any children. They asked God to give them a
child. They prayed and prayed.
Pada suatu hari di
Bali, Seorang pria dan istrinya berdo’a. Mereka telah lama menikah namun tidak
mempunyai anak. Mereka meminta agar tuhan memberikannya anak. Mereka berdo’a
dan terus berdo’a.
God
finally answered their prayers. The wife, then, got pregnant and they had a
baby boy. They were very happy.
Akhirnya tuhan
menjawab do’a mereka. Istrinya kemudian hamil dan mereka mempunyai seorang anak
laki-laki. Mereka sangat bahagia.
The
baby was extraordinary. He was very much different from other babies. He ate
and drank a lot. Day after day he ate more and more. His body was getting
bigger and bigger. And by the time he was a teenager, his body was as big as a
buffalo. People then started to call him Kebo Iwa.
Bayi tersebut
luarbiasa. Dia sangat berbeda dari bayi lainnya. Dia banyak makan dan minum.
Hari demi hari dia terus makan. Badannya menjadi terus membesar. Dan waktu demi
waktu dia menjadi seorang remaja, tubuhnya besar seperti kerbau. Kemudian orang
memanggilnya Kebo Iwa.
Because
of his eating habit, Kebo Iwa’s parents spent a lot of money to buy his food in
large amount. They finally went bankrupt. They gave up and asked the villagers
to help them provide the food.
Karena kebiasaannya
makan, Orangtua Kebo Iwa mengeluarkan banyak uang untuk membeli makanannya
dengan jumlah banyak. Kemudian menjadi bangkrut. Mereka menyerah, dan meminta
penduduk desa menolong mereka menyiapkan makanan.
The
villagers then worked together to cook and build a big house for Kebo Iwa. He
was like a giant. He could not stay in his parents’ house anymore because of
his big body. Sadly, after a few months, the villagers also could not afford to
cook him the food. They then asked Kebo Iwa to cook his own food. The villagers
just prepared the raw materials.
Penduduk desa kemudian
bekerjasama untuk memasak dan membangun sebuah rumah besar untuk Kebo Iwa. Dia
seperti raksaksa. Dia tidak lagi tinggal dirumah orangtuanya karena badannya
yang besar. Sayangnya, setelah beberapa bulan, penduduk desa juga tidak
memberikan makanan padanya. Mereka kemudian menyuruh Kebo Iwa untuk memasak
makanannya sendiri. Penduduk desa hanya menyediakan bahan bakunya.
Kebo
Iwa agreed and as an expression of his gratitude to the villagers, he built a
dam, dug wells, and he also protected the villagers from animals and people who
wanted to attack their village. He did those things by himself.
Kebo Iwa
menyetujuinya, dan sebagai sebuah ungkapan terimakasihnya kepada penduduk desa,
dia membangun sebuah bendungan, sumur galian, dan dia juga melindungi penduduk
desa dari binatang dan orang yang mau menyerang penduduk desa. Dia melakukannya
sendiri.
Meanwhile,
the troops of Majapahit were planning to attack Bali. They knew about Kebo Iwa.
And they also knew that they could not conquer Bali with Kebo Iwa there. Kebo
Iwa was more powerful than they were.
Sementara itu, pasukan
Majapahit berencana menyerang Bali. Mereka mengetahui tentang Kebo Iwa. Dan
mereka juga tahu bahwa mereka tidak bias menaklukan Bali dengan Kebo Iwa
disana. Kebo Iwa sangat kuat daripada mereka.
Gajah
Mada, the Maha Patih (Chief Minister) of Majapahit then planned something. They
were pretending to invite Kebo Iwa to Majapahit to help them dig some wells.
They said that Majapahit was suffering from a long dry season and needed much
water. Kebo Iwa did not know the plan, so he went to Majapahit.
Gajah Mada, Mahapatih
dari Majapahit merencanakan sesuatu. Mereka mengundang Kebo Iwa ke Majapahit
untuk menolong mereka menggali beberapa sumur. Mereka berkata bahwa Majapahit
sedang menderita dari musim panas (kekeringan) yang berkepanjangan dan
membutuhkan banyak air. Kebo Iwa tidak tahu rencananya, lalu dia pergi ke
Majapahit.
When
Kebo Iwa was busy digging a very big well, the troops covered the well. Kebo
Iwa had difficulty in breathing and buried alive. He died in the well.
Saat Kebo Iwa sibuk
menggali sebuah sumur galian yang besar, pasukan menyelimuti sumur. Kebo Iwa
sulit bernafas dan dikubur hidup-hidup. Dia mati di dalam sumur.
After
the death of Kebo Iwa, Bali was conquered by Majapahit. Until now, people still
remember Kebo Iwa because he had done a lot for Majapahit and Bali. The stone
head of legendary Kebo Iwa can be found in Pura Gaduh temple in Blahbatuh.
Setelah kematian Kebo Iwa, Bali dikuasai oleh Majapahit. Sampai
sekarang, Orang-orang masih mengingat Kebo Iwa karena dia telah banyak
melakukan untuk Majapahit dan Bali. Batu kepala dari Kebo Iwa yang legendaris bias
ditemui di kuil Pura Gaduh in Blahbatuh.